Dengan berkembangnya teknologi informasi saat ini dangdut sangat lekat juga dengan telinga pemuda. Beberapa musik dangdut cukup viral belakangan ini didorong salah satunya dengan perkembangan media sosial di Indonesia.
Dangdut mudah untuk didengar dan digemari oleh masyarakat Indonesia lantaran : (1) secara historis sangat lekat dengan musik Melayu (orkes Melayu); (2) menggunakan bahasa lokal daerah Indonesia atau bahasa nasional Indonesia; (3) dikemas dengan tarian yang sederhana (joget dan goyang); (4) lirik yang mudah dan jelas dipahami; (5) lagu yang memuat tentang kehidupan sehari-hari dari masyarakat awam (Weintraub, 2010: 83)
Sekarang coba bayangkan apabila dangdut dikombinasikan dengan materi mitigasi kebencanaan. Sebelumnya sudah ada metode mitigasi bencana berbasis musik dan lagu untuk anak-anak.
Beberapa lagu dalam jurnal Helen juga sudah disinggung untuk penikmat lagu pada umumnya. Namun untuk menjangkau lebih dalam dan lebih ke bawah, sepertinya menarik untuk menambah alternatif. Salah satunya dengan aktivasi orkes dangdut gerobak keliling yang memutar lagu dengan berjalan di sekitaran pemukiman warga.
Orkes dangdut gerobak dorong dapat dijadikan alternatif dalam metode belajar dan memperkenalkan mitigasi kebencanaan dan lingkungan di masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan di atas, musik dangdut sangat lekat di telinga masyarakat Indonesia.
Selain itu orkes dangdut gerobak dorong bisa juga menjadi relawan respons tanggap darurat saat terjadi bencana. Mereka akan dibekali keterampilan respons tanggap darurat yang juga dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti helm, pelampung, dan kotak pertolongan pertama.
Lewat orkes dangdut gerobak dorong juga bisa menjangkau masyarakat yang tinggal di pemukiman padat di kota-kota ataupun di pinggir kota. Melalui gang-gang sempit, perkampungan asri di daerah luar jabodetabek dan wilayah lainnya yang sulit akan akses informasi.
Sebagai referensi berikut beberapa lagu dangdut yang memuat tentang kebencanaan dan lingkungan dari Rhoma Irama: Anak Kera, Bencana, Anjing dan Sampah, Di Tepi Pantai ( FT Lata Mangeshkar ), Kemarau, Malapetaka, Mata Air dan Air Mata.