Dapur umum pada masa perjuangan Indonesia terdahulu tidak hanya merujuk kepada tempat pembuatan makanan atau perbekalan. Namun juga merujuk kepada produk makanan atau perbekalan itu sendiri.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan lokasi, jalur distribusi sampai penerima manfaatnya. Jadi di tempat lain dapur umum berarti nasi bungkus,di mana petugas dapur umum tinggal menjemput nasi bungkus yang telah siap ke rumah-rumah penduduk.
Dalam aksinya masyarakat yang mengelola dapur umum memiliki peranannya sendiri-sendiri. Ada yang berperan untuk memasak nasi, memotong sayur, membuat minuman hingga mengirimkan paket makanan yang sudah jadi tersebut.
Biasanya makanan tersebut diantarkan ke markas pasukan atau dititipkan pada keluarga yang bertugas menerima makanan atau pos singgah lalu kemudian baru didistribusikan kepada pasukan tentara.
Jika jaraknya jauh seperti antara desa dengan kota, maka biasanya makanan tersebut dititipkan kepada kurir, palang merah aatau pasukan lain yang menuju ke lokasi tujuan setelah mengadakan kekacauan di dalam kota.
Makanan yang dibawa berupa lauk-pauk yang tahan lama ataupun nasi goreng yang dibungkus daun dan kertas dimasukan besek.
Dapur umum muncul selama ada kebutuhan darurat pangan yang terjadi akibat konflik. Baik konflik sosial seperti peperangan maupun bencana alam. Dalam masa kemerdekaan, dapur umum muncul di setiap lokasi strategis antara pasukan perjuangan Indonesia dengan medan perang.
Dalam perang kemerdekaan II, Yogyakarta menjadi medan perjuangan gerilyawan. Sehingga mendorong sebagian masyarakat turut serta bantu membela tanah air menjadi pengelola dapur umum yang tersebar di empat kabupaten yakni Sleman, Bantul, Kulonprogo, dan Gunung Kidul.
Ke empat lokasi tersebut memainkan peran penting dalam perang kemerdekaan di wilayah Yogyakarta. Dan lokasi dapur umum tersebut berada di lokasi terpencil dalam desa sehingga pihak musuh akan sulit untuk mengetahuinya.
Lama keberlangsungan dan tempat dapur umum yang ada di wilayah Yogyakarta tidaklah sama, tergantung situasi dan kondisi. Masing-masing dapur umum mempunyai karakteristik tersendiri, sehingga setiap tempat tidak sama.
Dengan menimbang rekam jejak dapur umum, kita bisa melihat bagaimana dapur umum memainkan peran andil di tengah masyarakat Indonesia.
Mulai dari sumbang dana pembelian bahan makanan, mendistribusikan secara hati-hati, gotong-royong dalam membuat makanan, hingga risiko menjadi sasaran beludru pasukan musuh pada saat itu.
Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dalam peranannya melakukan penanggulangan bencana saat tanggap darurat selalu serta menurunkan tim yang terdiri tim evakuasi/rescue, pengadaan logitik seperti Dapur Umum, Pos Hangat atau Dapur Keliling yang merupakan unit dari Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa, serta juga tim medis yang merupakan unit Respons Darurat Kesehatan (RDK) Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa.
Dalam aksinya kesinambungan antara masing-masing unit merupakan kunci kesuksesan dalam menanggulangi dan memberikan layanan bagi masyarakat terdampak bencana alam maupun bencana kemanusiaan.