Ini Kata Pakar Alasan Orang Tidak Tertarik Ikut Aksi Peduli Lingkungan

Art Markman selaku Annabel Irion Worsham Centennial Professor of Psychology and Marketing di Universitas Texas, Austin. Memberikan penjelasan psikologis mengapa orang cenderung mengabaikan isu penanggulangan lingkungan hidup.

Individu cenderung fokus pada hasil jangka pendek

Setiap individu akan melakukan kalkulasi dalam setiap aksi yang diambil. Kalkulasi ini meliputi hasil yang didapat dalam jangka pendek dengan jangka panjang. Kenyataannya sebagian besar individu akan memilih untuk memperoleh hasil dalam jangka pendek.

Sederhanya, jika seseorang pengangguran dihadapkan pilihan untuk ikut aksi peduli lingkungan dengan pekerjaan apapun yang mampu menghidupi dirinya serta keluarganya, maka dia akan memilih yang kedua. Karena dengan memilih yang kedua, manfaatnya bisa langsung dirasakan ketimbang memilih opsi yang pertama.

Dengan mengabaikan perubahan iklim mampu memberikan keuntungan jangka pendek kepada individu maupun organisasi, kelompok dan lain serupa. Individu tidak harus mengubah produk makanan dan minuman yang biasa mereka beli, tidak harus mengubah kendaraan transportasi dalam aktivitas sehari-hari, tidak harus mengubah produk fesyen, tidak harus mengubah pendingin ruangan, dan lain sebagainya.

Dengan mengabaikan perubahan iklim, industry yang tidak ramah lingkungan juga akan terus memproduksi barang-jasa yang tanpa disadari juga menyumbang produksi gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.

Terlalu cepat spekulasi

Dalam sehari-hari orang akan lebih cepat melakukan penilaian atau spekulasi dari segala hal. Contoh, jika seseorang mengeluarkan biaya sebesar Rp45.000 untuk biaya makan dalam sehari. Maka orang tersebut akan bisa dengan cepat melakukan spekulasi berapa biaya yang harus dikeluarkan dalam sebulan untuk biaya makan.

Contoh lainnya, jika seseorang menggunakan gelas plastik dan sedotan plastik. Orang tersebut akan mengira bahwa tindakannya tidak sebabkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Toh, hanya satu sedotan dan gelas plastik.

Naasnya, individu akan kesulitan prediksi konsekuensi jangka panjang dari semua tindak-tindakanya. Hal ini yang menyuburkan alasan orang tidak tertarik untuk mengurangi sampah plastik dalam kehidupannya.

Terpisah oleh jarak

Masyarakat memiliki kesulitan membayangkan atau memikirkan sesuatu yang jauh dari diri mereka. Baik dari segi ruang, jarak bahkan sosial. Hal ini terlalu abstrak untuk dipikirkan oleh masyarakat.

Sebagai contoh individu A melihat berita telah terjadi bencana alam tsunami di Aceh pada 2004, sedangkan individu A tersebut berada di Jakarta. Individu A tersebut mungkin akan merasa empati terhadap masyarakat yang terdampak bencana tersebut.

Namun karena terpisah jarak, dan individu A ini tidak mengetahui bagaimana rasanya menjadi korban terdampak bencana. Maka kecil kemungkinan individu A untuk terlibat dalam aksi bantu korban terdampak bencana tersebut.

Terfokus pada waktu saat ini ketimbang masa depan

Sebagian masyarakat akan lebih memenuhi atau menjawab masalah yang berada di hadapannya langsung ketimbang masalah yang berada di masa-masa mendatang.

Jika saat ini seseorang menghadapi masalah tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, dan papan. Maka ia akan mencari cara untuk menjawab dan mencari solusi masalah tersebut dengan mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang dan memenuhi kebutuhan dasarnya.

“Lagi pula, jika Anda menyimpan banyak uang untuk masa pensiun, tidak ada jaminan bahwa Anda akan hidup cukup lama untuk menikmatinya. Dalam kasus perubahan iklim, ada pihak skeptis yang berpendapat bahwa aktivitas manusia belum tentu berpengaruh terhadap iklim, dan kemudian membawa akibat yang mengerikan seperti yang telah dikumandangkan oleh beberapa ahli dan pakar,”tulis Ark Markman.

<Sebelumnya    Selanjutnya>