LAUT SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA!!!

Akibat perubahan iklim, kerusakan keanekaragaman hayati, dan polusi mempengaruhi kondisi laut di dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan kondisi laut sedang darurat (ocean emergency), pada konferensi yang bertajuk The 2022 UN Ocean Conference di Lisbon, Portugal.

Lautan adalah penyangga penting terhadap perubahan iklim, menyerap sekitar 25 persen dari semua emisi karbon dioksida yang dihasilkan manusia. Emisi karbon dari aktivitas manusia menyebabkan pemanasan laut, pengasaman dan hilangnya oksigen.

Laut juga telah menyerap lebih dari 90 persen suhu panas. Panas laut mencapai rekor tertinggi, menyebabkan gelombang panas laut meluas.

Dengan menyerap emisi karbon dan suhu panas, meningkatkan intensitas siklus hujan. Namun dengan besarnya emisi karbon yang jatuh pada hujan meningkatkan keasamaan laut atau asidifikasi.

Pengasaman laut terus mengancam lingkungan laut dan jasa ekosistem. Diperkirakan tingkat asam lau akan mengalami kenaikan sebesar 100-150 persen pada tahun 2100, hal ini akan mempengaruhi setengah kehidupan ekosistem laut.

Ketika tingkat keasamaan meningkat hal ini akan mengikis terumbu karang dan menghambat pertumbuhan reproduksi karang dan kehidupan lainnya.

Kenyataan ini diperparah dengan besaran sampah yang berada di laut. Di seluruh dunia, satu juta botol minum plastik dibeli setiap menit, sementara hingga 5 triliun kantong plastik sekali pakai digunakan di seluruh dunia setiap tahun.

Sekitar 80 persen pencemaran laut dan pesisir berasal dari darat – termasuk limpasan pertanian, pestisida, plastik, dan limbah yang tidak diolah.

Setiap tahun, diperkirakan 5 hingga 12 juta metrik ton plastik memasuki lautan, menelan biaya sekitar $13 miliar per tahun – termasuk biaya pembersihan dan kerugian finansial dalam perikanan dan industri lainnya. Sekitar 89% sampah plastik yang ditemukan di dasar laut adalah barang sekali pakai seperti kantong plastik.

Sejak awal 1990-an, ketinggian air laut rata-rata meningkat menjadi 2,1 mm per tahun antara 1993 dan 2002, sedangkan tahun 2013 dan 2021 ketinggian meningkat sebesar 4,5 mm per tahun, salah satu faktor meningkatnya ketinggian air disebabkan lapisan es yang sudah mulai mencair.

Tentu peningkatan permukaan laut dalam beberapa wilayah juga bervariasi. Sebagian lebih di atas rata-rata seperti di lautan Pasifik Tropis Barat, Pasifik Barat Daya, Pasifik Utara, Samudra Hindia Barat Daya, dan Atlantik Selatan.

Salah satu contoh bahayanya kenaikan air laut dapat dilihat dari bencana banjir rob yang terjadi di Pantai Utara lalu. Banjir tersebut mengakibatkan ribuan masyarakat terdampak dan ratusan penyintas terpaksa mengungsi dari kediamannya. Meski penyebabnya adalah jebolnya tanggul sungai Pelabuhan Tanjung Emas namun saat itu ketinggian laut sudah mengkhawatirkan. Salah satu penyebab lainnya ialah perubahan iklim yang sulit dibendung dan terus terjadi.

Lebih dari 3,5 miliar orang bergantung pada laut untuk ketahanan pangan mereka, sementara sekitar 120 juta orang bekerja langsung dalam kegiatan yang berkaitan dengan kelautan seperti budidaya ikan dan transportasi laut.

Perikanan laut menyediakan 57 juta pekerjaan secara global dan menyediakan sumber protein utama bagi lebih dari 50% populasi di negara-negara kurang berkembang.

Sekitar 80 persen volume perdagangan barang internasional dilakukan melalui laut, dan persentasenya bahkan lebih tinggi untuk sebagian besar negara berkembang. Mayoritas pekerja ini tinggal di negara berkembang.

Sebagai warga negara Indonesia yakni negara dengan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan wajib turut andil dalam melestarikan dan melindungi laut. Hal paling kecil bisa melakukan pola hidup yang ramah lingkungan, mulai dari tidak menggunakan transportasi publik, hindari penggunaan pendingin ruangan berlebihan, kurangi penggunaan produk kertas dan plastik, serta pola hidup lainnya. Dengan demikian, meski tidak besar kita bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat pola hidup yang tidak ramah lingkungan. Hal ini pada akhirnya menjadi senjata yang kuat bagi keselamatan hidup manusia, ini adalah upaya mitigasi dalam meminimalisir dampak kerusakan akibat bencana alam.