Pentingnya Memiliki Kesadaran Gender sebagai Seorang Relawan

Masyarakat terdiri dari jenis kelamin lelaki dan perempuan. Masing-masing dari mereka memiliki perannya dalam masyarakat. Peran ini yang menandakan adanya perbedaan beban yang dipikul oleh lelaki dan perempuan, atau secara sederhana disebut dengan gender.

Gender adalah hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, anak laki-laki dan anak perempuan, dan bagaimana hubungan sosial ini dikonstruksikan. Ketika peran lelaki dan peran perempuan sudah disepakati baik oleh masing-masing individu atau hubungan personal maupun oleh masing-masing kelompok atau bahkan negara. Kemudian hadirlah yang disebut dengan peran gender.

Peran Gender adalah perilaku yang dipelajari di dalam suatu masyarakat/komunitas yang dikondisikan bahwa kegiatan, tugas-tugas atau tanggung jawab patut diterima baik oleh laki-laki maupun perempuan. Peran gender dapat berubah, dan dipengaruhi oleh umur, kelas, ras, etnik, agama dan lingkungan geografi, ekonomi dan politik. Baik perempuan maupun laki-laki memiliki peran ganda di dalam masyarakat.

Namun peran gender ini acapkali terlupakan atau terabaikan. Lelaki berharap perempuan mengikuti tindakan laki-laki, begitu juga sebaliknya, perempuan acapkali berharap tindakan mereka juga ditiru oleh lelaki.

Ini menjadi masalah lantaran lelaki dan perempuan secara fisik memiliki kemiripan sekaligus perbedaan yang tajam. Selama kemiripan tersebut tidak menghalangi atau mengganggu kehidupan masing-masing individu, mungkin tidak masalah. Tetapi lain cerita apabila ketika menimbulkan masalah.

Semisal, ketika seseorang tidur dalam satu kamar yang bukan muhrimnya. Jelas itu perbuatan salah. Namun karena beberapa alasan terkadang ada juga kejadian ini terjadi. Misalnya saat seseorang menjadi penyintas terdampak bencana.

Ketika seorang terdampak bencana dan kehilangan tempat tinggal biasanya mereka akan ditempatkan dalam tenda pengungsian yang tidak ada pembatas: tidak ada pembatas kamar mandi antara perempuan dan lelaki, tidak ada pembatas ruang keluarga dengan yang bukan muhrim, tidak ada jaminan bantuan berlandaskan pertimbangan gender.

Hal ini bisa dibantu atau diatasi oleh para relawan kemanusiaan yang memiliki kapasitas atau kesadaran gender. Contoh-contohnya antara lain:

  • Relawan harus mengetahui kebutuhan masing-masing gender itu berbeda.
  • Mengetahui bahwa tidak ada gender satupun yang jauh lebih superior dari yang lainnya. Alias semua gender memiliki kedudukan yang sama.
  • Mengetahui setiap orang baik lelaki dan perempuan memiliki otoritas penuh atas tubuhnya masing-masing.
  • Menjaga sikap dan tutur lisan maupun tulisan ketika berinteraksi dengan gender yang berbeda.
  • Relawan harus mengetahui penanganan (medis, tempat tidur, sarana sanitasi) gender itu berbeda.
  • Relawan harus memberikan bantuan atau layanan secara merata kepada masyarakat. Lelaki dan perempuan harus mendapatkan porsi yang adil.
  • Mengetahui perbedaan tersebut mampu meminimalisir konsekuensi buruk dari ketimpangan gender, misalnya mampu meminimalisir bahaya kekerasan seksual, kekerasan berbasis gender maupun kejahatan lainnya.

Untuk hal itu para relawan maupun masyarakat pada umumnya mulai memasukan aspek atau prioritas gender ke dalam hidupnya atau yang biasa disebut Pengarusutamaan Gender.

Pengarusutamaan Gender adalah proses untuk menjamin perempuan dan laki-laki mempunyai akses dan kontrol terhadap sumber daya, memperoleh manfaat pembangunan dan pengambilan keputusan yang sama di semua tahapan proses pembangunan dan seluruh proyek, program dan kebijakan pemerintah.

Harapannya dengan pengarusutamaan gender mampu meminimalisir konsekuensi buruk dan mampu mempercepat kesataraan gender yang diidam-idamkan oleh masyarakat. Kesetaraan Gender adalah hasil dari ketiadaan diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atas dasar kesempatan, alokasi sumber daya atau manfaat dan akses terhadap pelayanan.

Semoga dengan hadirnya tulisan ini mampu mendorong masyarakat memiliki kesadaran gender yang berkeadilan, sehingga mampu meminimalisir bahaya-bahaya yang ada seperti kekerasan seksual dll. Saatnya Indonesia Berdaya Hadapi Bencana.